Kinni.id, Bandar Lampung – Nusaklim, peranti stasiun deteksi iklim otomatis (automatic weather station, AWS) hasil penelitian Pusat Penelitin Kelapa Sawit PT Riset Perkebunan Nusantara (PPKS-RPN) akan diaplikasikan di semua anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN Holding). Saat ini, sebanyak 26 unit AWS Nusaklim telah terinstal di PTPN I sampai XIV dan akan terus ditambah sesuai kebutuhan.
Komitmen itu disampaikan Mahmudi, Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN Holding saat membuka training of trainer (ToT, pelatihan bagi calon pelatih) pemanfaatan AWS Nusaklim secara virtual dari Jakarta, Selasa (13/12/22). Sedangkan peserta training yang terdiri dari perwakilan PTPN I sampai XIV berlangsung secara tatap muka di Kantor Direksi PTPN VII, Bandar Lampung.
“Kita yang bergerak di bidang agro sangat membutuhkan data real time tentang perubahan iklim. Data itu sangat penting agar kebijakan seperti pemupukan, mulai tanam, dan berbagai perlakuan bisa tepat dan efektif. Penggunaan AWS Nusaklim ini adalah bagian dari komitmen kita melakukan transformasi bisnis dengan operational excellence,” kata Mahmudi.
Agenda PTPN Holding ini menghadirkan PPKS yang merupakan pengelola AWS Nusaklim. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari meliputi pengetahuan umum dan teaori dasar sistem kerja AWS Nusaklim dan dilanjutkan dengan praktik memanfaatkan AWS Nusaklim yang akan dilaksanakan di PTPN VII Unit Rejosari-Pematangkiwah.
Dalam arahannya Mahmudi mengatakan digelarnya traning ini menjawab tantangan kedepan bagaimana mengahadapi perubahan iklim dan cuaca.
Ia mengucapkan terima kasih kepada PPKS—PT RPN sebagai leading sector pemanfaatan AWS Nusaklim, juga kepada PTPN VII yang sudah menjadi tuan rumah ToT.
Mahmudi menggaris bawahi makna operational excellence sebagai pondasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Ia mengatakan, kinerja perusahaan perkebunan sangat dipengaruhi operasional. Selain itu dari sisi keuangan juga cukup berpangaruh bagaimana mengelola produksi, bagaimana mengatur keseimbangan antara biaya produksi dengan biaya efisiensi.
“Untuk melaksanakan operational excellence ini kita perlu upaya dengan meningkatkam produktivitas dan efisiensi biaya. Penggunaan AWS Nusaklim ini adalah salah satu upaya itu,” kata dia.
Mahmudi memaparkan, pada 2021 PTPN Grup bisa meningkatkan produkvitas kelapa sawit mencapai 8 persen dari tahun 2020 dengan angka produksi 21,07 ton per hektare. Dan ditahun 2022 ini dicanangkan bisa menembus angka produksi 22 ton per hektare. “Dan ini tidak terlepas dari berbagai tantangan, agar kita menjadi yang the best, yang juara.”
Tentang AWS Nusaklim, Mahmudi menyebut perubahan iklim dan cuaca sebagai tantangan untuk bisa mengelola keadaan. AWS Nusaklim, kata dia, merupakan suatu terobosan untuk mengenal perubahan iklim yang bisa memandu manajemen dimana kapan kita harus melakukan efisiensi.
“Dengan perubahan data data yang ada maka akan mengetahui juga hama penyakit apa yang mengancam, dan kita bisa mempersiapkan lebih intensif untuk menghasilkan tanaman yang lebih sehat.”
Pada kesempatan itu, Mahmudi berpesan kepada semua peserta baik hadir secara offline dan online agar dapat memahami secara tehnis untuk betul-betul mengetahui bagaimana memanfaatkan aplikasi ini dengan baik. Sehingga sistem ini berjalan dengan baik, dan ini merupakan culture baru didalam pekerjaan kita.
“Di setiap PTPN harus dapat menghasilkan percepatan, setiap kebun dan afdeling yang menggunakan sistem ini harus dapat mengelola dengan baik dan cepat.”
Sementara Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy mengatakan sistem AWS ini sangat cocok untuk PTPN VII. Dimana wilayah kerjanya ada ditiga provinsi Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Mengelola empat komoditas sawit, karet, tebu dan teh, dan terluas dari seluruh PTPN group.
“Kami berharap sistem AWS ini dapat segera diterapkan, karena sangat membantu dalam mengetahui iklim.”
Menurutnya, pelatihan ini sebagai wadah transfer knowledge dari peserta pelatihan kepada personil di tingkat kebun untuk dapat memahami dan menggunakan AWS Nusaklim sesuai dengan fungsi dan kemanfaatannya.
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat melakukan pembacaan, pengolahan data maupun pemanfaatan AWS Nusaklim secara mandiri. Sehingga dapat membantu Management dalam hal forcasting dan kesediaan data terkait estimasi produksi, waktu yang tepat dalam melakukan pemupukan maupun kegiatan tehnis lainnya di lapangan.
Pada kegiatan tersebut, sesi pertama diberikan materi oleh Kepala Divisi Operasional Kelapa Sawit dan Karet Holding PTPN III, Desmanto. Dalam paparannya Desmanto menjelaskan tentang pentingnya iklim dalam usaha perkebunan.
Ia mengatakan, dalam usaha perkebunan paling besar dipengaruhi oleh iklim. Bila sudah mengtahui iklim, maka akan tahu tanaman apa yang bisa ditanam dan kapan melakukan treatmen atau perlakuan agronomis.
Desmanto mengatakan, AWS Nusaklim memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan stasiun klimatologi konvensional yang selama ini digunakan. AWS merupakan versi otomatis dari pengukur unsur iklim konvensional dan memiliki banyak sensor dan bisa dipantau secara real time dan data lebih presisi.
Lebih lanjut Desmanto, menjelaskan di PTPN tahap pertama sudah terpasang sebanyak 26 Unit tersebar dari PTPN I sampai XIV. Ditambah stasiun konvensional yang sudah ada, secara keseluruhan PTPN Grup sudah terpasang 42 unit sebagai stasiun monitoring monitoring iklim dan cuaca berbasis website.
Dia menambahkan AWS ini menjadi salah satu strategic inisiatif Direktorat Produksi dan Pengembangan untuk operational excellence yang lebih baik. Salah satu keunggulannya adalah dalam hal forcesting/ perkiraan produksi, serta menentukan waktu yang tepat dalam melakukan pemupukan dan lain-lain.
Sistem monitoring yang terdiri dari AWS telemetri + aplikasi monitoring kondisi iklim berbasis web secara realtime yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Aplikasi ini akan menyajikan dan menganalisis data iklim “siap pakai” untuk users.
Diharapkan dengan penggunaan AWS, dapat membantu Institusi dalam operational excellence dalam hal ketepatan data untuk mengambil keputusan pengelolaan tanaman, serta memprediksi serangan hama penyakit Early Warning System (EWS)
AWS dapat dijadikan rujukan sebagai operational excelence usaha perkebunan, salah satunya dengan memberikan estimasi kapan waktu terbaik dalam melakukan pemupukan, pemeliharaan dan eksploitasi tanaman dari sisi agroklimat. (**)