Kinni.id, Bandar Lampung – Ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia di tanah air cukup memprihatinkan, sebuah data dari Tech-Cooperation Aspac FAO menyebutkan bahwa 69 persen tanah pertanian di Indonesia dikategorikan sudah rusak akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang diluar batas. Indonesia pun diramalkan akan mengalami kerentanan ketahanan pangan pada 2050 nanti.
Agar dapat mengurangi dampak kerusakan tersebut, pemerintah bersama masyarakat dalam hal ini petani mencoba untuk mencari alternatif penggunaan pupuk kimia. Seperti yang di lakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Provinsi Lampung yang menggunakan pupuk organik atau alami sebagai pengganti pupuk kimia tersebut.
Ketua Gapoktan Berjaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, I Made Sukada menjelaskan penggunaan pupuk organik yang mereka gunakan pun terbukti lebih baik hasilnya karena dapat mempengaruhi kuantitas pertanian.
“Ya mas, mayoritas petani yang tergabung didalam Gapoktan ini menggunakan pupuk organik,” ujarnya, kepada rekan media, Selasa (7/6/2022).
Dia pun melakukan perbandingan antara hasil pertanian padi lahan yang nenggunakan pupuk organik dengan kimia.
Hasilnya untuk persatu hektarenya lahan yang menggunakan pupuk organik dapat memperoleh 6-7 ton. Sedangkan, untuk lahan pertanian yang menggunakan pupuk non organik atau kimia hanya dikisaran angka 5-6 ton.
Selain itu juga, menggunakan pupuk organik dapat memulihkan kontur tanah yang rusak menjadi kembali baik.
“Justru pupuk organik dapat membantu memperbaiki tanah yang kurang baik,” jelasnya.
Dari sisi ekonomis, meski memiliki banyak manfaat, harga pupuk organik persatu karungnya dinilai terjangkau, yakni hanya Rp 50.000. Sedangkan harga pupuk kimia dirasakan petani cukup mahal yakni Rp 100.000.
“Itu yang subsidi saja Rp100 ribu mas untuk pupuk non organik, makanya kami para petani menggunakan pupuk organik untuk menekan dana oprasional,” tambahnya.
Hal senada pun disampaikan Gopur, Ketua Gapoktan Argo Makmur, Desa Banyumas RT 01 RW 01, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan.
Dia menyebut penggunaan pupuk organik lebih dipilih ketimbang kimia, dengan alasanya dapat mendongkrak kuantitas dan memperbaiki lahan. Terlebih, pemberian pupuk organik dapat memperbaiki lahan pertanian kembali subur.
“Bisa memulihkan tanah yg bantat-bantat bisa gembur kembali, padi dan buah lebih sehat, dan lebih murah dibandingkan pupuk kimia,” terangnya.
Namun untuk penyerapan air dilahan pertanian yang menggunakan pupuk organik dinilai lambat. Meski begitu, setelahnya justru lahan tersebut akan lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kimia.
“Intinya pupuk organik penyerapannya lambat tetapi lama kelamaan tanah akan menjadi lebih baik lagi jauh sebelum kenal kimia,” pungkasnya.
Mereka pun mengapresiasi upaya pemerintah baik pusat maupun daerah, untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Seperti dengan menstabilkan harga jual padi, yakni sebesar Rp 4.000/kilo, sebelumnya hanya Rp3.500/kilo.
Harapan mereka agar pemerintah dan Kementan dapat memberikan bantuan berupa alat mesin Granulator pupuk organik. Agar para petani yang tergabung dalam Gapoktan mereka di Kabupaten Lampung Tengah dapat memproduksi sendiri pupuk organik secara masif. (KN/*)